Site icon BANTEN AKTUAL

Puteri Pendiri TIKI dan JNE Yulis Praptiningsih di Makamkan Jadi Satu Dengan Makam Ayahnya

Jakarta, Bantenaktual.com – Yulis Praptiningsih, putri keempat dari pendiri Titipan Kilat dan JNE (Alm) H. Soeprapto Soeparnoa telah meninggal dunia.

Yulis meninggal di kediamannya di Pluit, Jakarta Utara, Rabu (21/7/20210) pada pukul 19.33 WIB karena sakit.

Almarhumah dimakamkan disatukan dengan makam ayahandanya di TPU Karet Bivak Jakarta Pusat, Kamis (22/7).

Baca juga: Kejar Herd Imunity, Pemkot Targetkan 30 Ribu Dosis Vaksinasi Covid-19 Perhari

Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya dan mohon doa untuk almarhumah agar diterima iman Islamnya serta diterima amal ibadahnya,” hal ini dikatakan oleh suami Yulis Praptingsih, Ahmad Kurtubi, setelah selesai memakamkan jenazah istrinya.

Tubi, panggilan akrab dari Ahmad Kurtubi menceritakan kronologis meninggalnya istri tercintanya, memang sejak tahun 2018 sudah sakit, bahkan Yulis sudah kami bawa berobat ke Singapura tahun lalu.

Karena saat ini pandemi untuk pengobatan ke Singapura dihentikan. Kami melanjutkan pengobatan di Jakarta saja,” ucap Tubi.

Namun, kondisi belakangan ini sangat menurun dan sampai akhirnya almarhumah menutup mata pada kemarin malam.

“Yulis adalah sosok orang yang paling perhatian terhadap keluarga, terutama untuk ibadah dan pendidikan. Almarhumah ingin anak-anaknya menjadi anak yang soleh,” tutur Tubi mengenang istri tercintanya.

Saat ini yang harus saya lakukan adalah menjalankan amanah almarhumah yang sangat mulia, yaitu menjadikan anak-anaknya tidak hanya cerdas tapi juga menjadi anak yang soleh dan yang terpenting lagi adalah mengajarkan kepada anak agar dermawan seperti bundanya.

Sementara, kakak dari almarhumah, Mohamad Feriadi yang juga turut hadir di pemakaman telah menyampaikan, harus percaya bahwa yang berjiwa pada suatu saat pasti akan meninggal dunia.

Ini bukan tentang siapa yang duluan dan yang belakangan meninggalnya. Tetapi, tentang siapa yang amal dan tabungannya paling banyak untuk akhirat kelak,” imbuh Feriadi.

Adik saya ini, Yulis, lanjut Feriadi, kalau saya berikan gambaran dia ini halnya seperti almarhum bapak saya, cuma berwujud perempuan.

“Sifatnya yang dermawan dan ringan tangan inilah yang saya nilai foto copy atau copy paste dari bapak (panggilan akrab almarhum H. Soeprapto),” tandasnya.

Almarhumah meninggalkan banyak sekali kebaikan semasa hidupnya dan mudah-mudahan ini menjadi bekal yang mampu membuat almarhumah dimudahkan jalannya menuju Allah SWT.

Karakter Yulis ini sangat luar biasa, pada saat dia sakit pun masih memperhatikan saya, karena pada saat saya isolasi mandiri kemarin pun masih mengirimkan makanan buat saya.

Terakhir kata Feriadi, kita sangat kehilangan Yulis. Di mata keluarga, almarhumah merupakan sosok yang sekali lagi copy paste dari almarhum bapak H. Soeprapto Soeparno.

Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu anha. “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.

Diketahui almarhumah meninggal dunia pada usia 50 tahun dan meninggalkan seorang suami, dua orang putra dan satu orang putri. (Cep/red)

Exit mobile version