Bantenaktual.com, Tangerang – Dikenal sebagai salah satu kota yang tingkat urbanisasi yang tinggi, Kota Tangerang memiliki ragam suku, budaya dan agama. Hal itu terlihat dari beberapa situs bersejarah di Kota Tangerang yang menyimpan histori tentang peradaban suku dari berbagai etnis. Salah satunya Klenteng Boen Tek Bio yang merupakan tempat beribadah etnis Tionghoa dan menjadi salah satu cagar budaya di Kota Tangerang.
Ketua badan pengurus perkumpulan Boen Tek Bio, Ruby Santamoko, mengungkapkan Klenteng Boen Tek Bio merupakan klenteng tertua yang berlokasi di dekat Kalipasir, tepatnya Jalan Bhakti No.14, RT.001/RW.004, Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Berdiri sejak tahunn 1684, letaknya yang tak jauh dengan Sungai Cisadane, menjadikan Klenteng Boen Tek Bio menyimpan peran penting dalam sejarah di Tangerang. Apalagi klenteng ini dibangun secara gotong royong dan hingga kini bangunannya masih dipertahankan bentuknya.
“Saat itu terdapat etnis Tionghoa yang berlabuh di Teluk Naga, Tangerang, mereka tinggal dan menikah dengan penduduk setempat. Setelah itu menelusuri Sungai Cisadane dan berhenti di kawasan pasar lama ini. Akhirnya mereka membangun klenteng ini bersama-sama untuk tempat bersembahyang mereka,” ungkapnya, saat ditemui Rabu (18/10/2023).
Ia pun menerangkan peradaban dan toleransi di Kota Tangerang begitu kental terjalin. Terbukti dari lokasi Klenteng Boen Tek Bio yang berdekatan dengan Mesjid Agung Kalipasir yang juga merupakan cagar budaya, serta gereja Santa Maria. Ini menunjukan Kota Tangerang memiliki toleransi yang telah dibangun sejak lama.
Selain itu, Ruby juga mengatakan Klenteng Boen Tek Bio yang buka 24 jam selalu ramai dikunjungi penduduk sekitar untuk beribadah. Bahkan adapula rombongan yang datang untuk mengenal sejarah dan keberagaman Tionghoa disana. Dimana tidak hanya tempat sembahyang, terdapat pula fasilitas lainnya seperti aula yang luas, toilet, kantor, dan juga minuman gratis bagi siapa saja yang berkunjung.
“Hampir setiap hari kami menerima kunjungan, tidak hanya untuk beribadah, namun juga mereka yang datang untuk ingin mengenal sejarah dari klenteng ini, atau hanya sekedar berfoto saja. Kami sangat terbuka, karena staf kami stand by 24 jam disini. Bagi yang ingin berkunjung membawa rombongan bisa dengan bersurat kepada staf kami di jam kerja, dan nanti kami akan siapkan pula tour guide untuk menemani dan menjelaskan tentang Klenteng Boen Tek Bio ini,” tutur Ruby.
Harapannya, Klenteng Boen Tek Bio bisa terus dijaga dan dilestarikan hingga generasi selanjutnya. Sehingga warisan budaya di Kota Tangerang tidak hilang ditelan jaman. “Rencananya pada 2024, kami juga akan mengadakan peristiwa arak-arakan perahu yang menjadi agenda rutin setiap 12 tahun sekali,” pungkas Ruby. (Red)