Kuliner Enak Tapi Kurang Terkenal di Indonesia

Photo by: Jerome Jome on Unsplash

Bò lá lốt

Masakan dari Vietnam. Daging sapi dibungkus daun (entah sebenernya ini daun apa di Indonesia tapi bisa langsung dimakan bareng dagingnya. Kalau terjemahan Jermannya lotusblatten – daun lotus, tapi di bahasa Inggris tulisannya betel leaf :/ ) yang kemudian dipanggang dengan saus kecap ikan manis dan taburan kacang. Rasanya agak mirip dengan sate di Indonesia.

Favorit saya dimakan dengan bihun yang dibumbui juga dengan kecap ikan, limau, dan sedikit cabe dan salad, jadinya Bun Bò lá lốt. Bun artinya bihun/vermicelli

Som Tam

Salad pepaya hijau dari Thailand dengan tambahan berbagai sayuran pendukung dan kadang toping ebi. Rasanya segar, kecut, dan pedas seperti rujak. Menulis ini saja air liur saya jadi keluar lebih banyak memikirkan pengen makan Som Tam karena jarang rumah makan Thailand yang punya menu ini di sini 🙁

Claypot rice

Sebenarnya ini bukan makanan asli Singapura (sama kayak chicken rice juga asalnya bukan dari Singapura) dan di Hong Kong menurut saya claypot ricenya lebih maknyus tapi saya masukkan di sini karena jadi kepikiran nasi bakar dan saya suka yang isinya ikan teri dan ayam dimakan panas-panas. Claypot rice paling enak yang saya makan di Singapura bisa ditemukan di Chinatown Complex Food Center 🙂

kalau tidak salah warungnya dekat dengan warung aslinya soya sauce chicken rice, warung pertama yang dapat michelin star itu.

*semua gambar dari Google

Saya biasanya jarang sekali makan sesuatu yang berasal dari atau ala-ala India. Tapi hidangan ini adalah pengecualian & kebetulan ketemu pertama kali waktu jalan-jalan di Singapura.

Roti prata/roti canai. Roti ala Tamil yang disobek lalu dicocol kari ayam atau kambing. Rasanya pedas, baunya wangi namun tidak intens, dan teksturnya renyah di luar & sedikit fluffy di dalam, tidak menggembung seperti roti di negara Barat pada umumnya. Cocok dijadikan kudapan yang bikin lumayan kenyang.

Bahannya sendiri mudah, namun pembuatan rotinya sendiri lumayan susah karena lembaran adonan yang setipis kertas itu harus dilempar & dibolak-balik berkali-kali agar minyaknya meresap, lalu digulung & digoreng.

10 tahun lalu waktu saya tinggal di Pluit, Jakarta, ada gerai yang menyajikan ini di food court mal nya dan seingat saya harganya hanya Rp20.000, tapi sekarang syaa bingung ini bisa ditemukan di mana, paling tidak di Jakarta. Di Singapura pun ini bisa didapat dengan hanya $2.00.

Kalau saya sih vote untuk makanan ini:

Yaitu Phở. Ini adalah makanan khas dari negara Vietnam. Dalam mangkuknya terdapat kuah kaldu sapi, kwetiaw beras, daging (ayam atau sapi), bawang bombay, sayuran, toge dan disajikan dengan saus sambal, saus pho, atau cabe rawit (sesuai selera saja).

Rasanya mah mantab dah dan rasanya segar sekali.

Sayangnya saya jarang sekali melihat makanan ini dijual di Indonesia. Paling adanya di mall-mall besar dan harganya lumayan mahal (Rp. 70.000 minimal). Padahal, pho ini adalah makanan murah yang dijual di pinggir jalan di Vietnam dan harganya juga sangat murah disana (sekitar Rp. 20.000an di Vietnam). Jadi, pho bagi orang Vietnam adalah bakmi ayam bagi orang Indonesia.

Plus, sangat jarang sekali orang Indonesia yang tahu makanan ini. Padahal, makanan ini lumayan sehat loh.

Merci et Au Revoir

Kalau Malaysia punya Nasi Lemak, Singapura punya Nasi Ayam Hainan, maka Thailand punya satu kuliner yang pantas disebut sebagai “makanan nasional”-nya.

Ini namanya Pad Thai[1] .

Tampak luarnya mirip seperti bihun/kuetiaw goreng, tapi rasanya jauh berbeda. Pad Thai (pada umumnya) tidak menggunakan kecap (kedelai). Rasa gurih dan manisnya berasal dari campuran bumbu-bumbu seperti: asam jawa, saos ikan/tiram, dan gula kelapa.

Pad Thai biasanya menggunakan udang sebagai “lauk” utamanya, walau tidak jarang pula digantikan dengan cumi-cumi, ayam ataupun daging. Pad Thai disajikan bersama dengan sejumput toge, remah-remah kacang tanah.

Ini sudah menjadi comfort food saya selama di perantauan. Saking enaknya, Pad Thai ini mampu mengusir galau dan kangen terhadap masakan Indonesia. 😀

Sumber: Quora.com