PTM Versi Jokowi Maksimal 2 Jam, Pengamat Sebut Timbulkan Masalah Baru

Bantenaktual.com– Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah maksimal berlangsung dua jam. Hal ini mendapatkan tanggapan dari Pengamat pendidikan Indra Charismiadji.

Menurutnya kebijakan tersebut akan menimbulkan masalah baru dan membuang waktu untuk proses pembelajaran. Pasalnya, guru-guru belum mendapat metode kurikulum dalam mengaplikasikan kegiatan belajar mengajar tersebut.

“Menurut saya untuk tatap muka belum siap, (jika) dipaksakan (PTM) terbatas ini justru akan menimbulkan masalah baru. Satu klaster terbaru pasti akan muncul. (Kemudian) apa kajiannya dengan 2 jam disekolah, itu lebih efektif dibanding daring, ” ujar Indra, Selasa (8/6/2021).

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tanah Tinggi 1 Kota Tangerang sedang melakukan persiapan jelang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan Pembelajaran secara tatap muka, dalam persiapan tersebut terlihat para guru memberi penjelasan kepada murid untuk selalu menerapkan Protokol Kesehatan yang di anjurkan oleh pemerintah Kota Tangerang, selain memberikan arahan kepada para murid, pihak sekolah juga mempersiapkan segala kebutuhan yang menjadi syarat protokol kesehatan, memasang Handsanitizer di setiap kelas, membagikan masker kepada muridnya dan juga mengukur suhu sebelum masuk kelas dengan tetap menjaga jarak. Pihak sekolah pun akan membatasi jumlah murid dalam satu kelas hingga 50% saat kegiatan belajar mengajar secara tatap muka untuk memutus penularan Covid-19 yang masih melanda negeri ini. Rabu (2/6/21). Banten Aktual/Dennys

“Kalau buat saya lebih bermanfaat bagaimana membuat daringnya efektif, karena (guru-guru) mereka belum memahami dan belum ngerti cara ngajarnya seperti apa, ” imbuhnya.

Indra juga menyoroti jumlah vaksinasi tenaga pendidik yang belum mencapai target saat ini. Dia meminta pemerintah untuk mempertimbangkan ulang.

“Belum lagi ditambah dengan target guru vaksin ada 5 juta orang bulan Juni ini. Terbukti bulan Juni ini yang divaksin baru 900ribu jadi belum 20 persen, ” katanya

Dalam kesempatannya, Indra menuturkan berdasarkan kajian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum mengizinkan adanya sekolah tatap muka. Sebab, kondisi kasus Corona yang belum membaik.

“Kalau kita merujuk dari ikatan dokter anak Indonesia, itu baru beberapa beberapa minggu yang lalu masih belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka itu kata para dokter anak, bukan saya yang ngomong. Orang yang mengerti kesehatan yang bicara, jadi mereka belum merekomendasikan, ” katanya.

Pertama, terbatas maupun tidak terbatas mereka belum merekomendasikan,
Kedua, jika merujuk pada negara tetangga, merujuk dengan negara tetangga contoh Singapura, tahun kemarin dibuka sekarang malah ditutup karena varian virusnya juga lebih bahaya, ” tutupnya. (Cep/red)